
Dr. Kadarudin
Dosen pada Departemen
Hukum Internasional
Fakultas Hukum
Universitas Hasanuddin
Tepat di
tanggal 5 Oktober ini diperingati World Teachers' Day atau Hari Guru Sedunia, hal ini berbeda dengan Hari
Guru Nasional di Indonesia yang ditetapkan pada tanggal 25 November setiap
tahunnya melaui Keputusan Presiden RI No. 78 Tahun 1994 yang juga sebagai
pengingat terbentuknya PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia). Bukan hanya di
Indonesia, perbedaan mengenai hari guru sedunia dan penetapan hari guru
nasional juga terjadi di beberapa negara, seperti di Malaysia yang diperingati
pada tanggal 16 Mei setiap tahunnya, Hong Kong pada 10 September (yang sebelum
tahun 1997 selalu dirayakan pada 28 September), Argentina pada 11 September, Vietnam
pada 20 November, India pada 5 September, Korea Selatan pada 15 Mei, Iran pada
2 Mei, Singapura 1 September, Thailand pada 16 Januari, dan Taiwan pada 28
September, namun ada juga beberapa negara yang hari guru nasionalnya bertepatan
dengan hari guru sedunia, seperti Filipina dan Pakistan.
Pada setiap peringatan World
Teachers' Day setiap tahunnya, UNESCO (The United Nations Educational,
Scientific and Cultural Organization) bersama mitranya, seperti ILO (International
Labour Organization), Education International, UNICEF (the United Nations International Children's
Emergency Fund), dan UNDP (The United Nations Development Programme)
melakukan kampanye dengan tema yang berbeda-beda, seperti di tahun sebelumnya
(2018) tema kampanye adalah “The right to education means the right to a
qualified teacher” (Hak untuk pendidikan berarti hak untuk guru yang
berkualitas), maka di tahun ini, tema kampanye-nya adalah “Young Teachers: the
Future of the Profession” (Guru Muda: Masa Depan Profesi) sebagaimana yang
tertera di website resmi UNESCO. Latar belakang pemilihan tema kampanye
tersebut adalah we recognize the
critical importance of reaffirming the value of
the teaching mission. We call upon governments
to make teaching a profession of first choice for young people. We also invite
teacher unions, private sector employers, school
principals, parent-teacher association, school management
committees, education officials and teacher
trainers to share their wisdom and
experiences in promoting the emergence of
a vibrant teaching force. Above all, we celebrate the
work of dedicated teachers around the
world who continue to strive every day to ensure that ‘inclusive and equitable
quality education’ and the promotion of ‘lifelong learning opportunities for
all’ become a reality in every corner of the globe".
Young Teachers: the Future of the
Profession sangat penting untuk dipahami sebagai pengingat bahwa saat ini era
telah berubah, di era Revolusi Industri 4.0. ini guru tidak boleh lagi memiliki
sifat yang konservatif, kemudahan akses informasi dari berbagai penjuru dunia tanpa
tersekat-sekat oleh batas teritorial negara menjadikan murid bisa saja lebih
tau informasi terkini (update) dibandingkan guru, oleh karenanya sistem
pendidikan yang ada saat ini lebih menekankan guru sebagai fasilitator
dibandingkan sebagai pengajar. Pendidikan sangatlah penting, karena pendidikan
yang memberikan batasan kepada setiap orang untuk mengetahui mana yang baik dan
mana yang lebih baik, karena begitu pentingnya sebuah pendidikan, maka peran
guru/fasilitator jauh lebih penting sebagai pengarah agar pendidikan memiliki
nilai yang positif dan memiliki makna.
Generasi muda adalah harapan bangsa
di masa depan, dia adalah peletak kendali negara pada 20 sampai 30 tahun ke
depan, oleh karenanya profesi sebagai guru/dosen/tutor/fasilitator harus
dipikirkan sejak dini, utamanya para generasi muda yang memiliki minat dan kemampuan
pada profesi tersebut, karena salah satu perannya-lah yang menentukan bagaimana
para pemimpin di masa depan dapat berpikir dan bertindak dengan benar dan
membawa bangsa ini dapat terus bersaing dengan negara-negara lain, bahkan bisa
lebih baik dari apa yang telah diperoleh hari ini. Kita dapat belajar dari
kisah keberhasilan Aristoteles yang mengajari Alexander hingga usia 16 tahun,
yang pada usia 30 tahun Alexander telah mampu menciptakan salah satu imperium
terbesar yang membentang dari Laut Ionia ke Himalaya, maka tidak heran Alexander
Agung III menjadi Raja di Makedonia setelah menggantikan ayahnya Philip II pada
336 Sebelum Masehi. Saat menjadi raja, ia pun berhasil memenangkan banyak
perang, bahkan mampu mengalahkan Raja Persia kala itu, yakni Raja Darius III sehingga
dapat menaklukkan keseluruhan wilayah kekuasaan dari Kekaisaran Persia. Tak
kalah pentingnya, ilmuan-ilmuan terkemuka seperti Ibn Sina, Thomas Young, Al-Khawarizmi, Michael Faraday,
Jabir Ibn- Hayyan, Albert Einstein,
Ibnu Al-Nafis, dan B.J. Habibie adalah
para sosok yang memberikan kontribusi besar bagi perkembangan ilmu pengetahuan di
lintas generasi, tidak lain mereka berada pada tahap itu adalah merupakan salah
satu kontribusi dari seorang guru yang mengajar dan mendidiknya dengan baik, walaupun
kita tidak boleh naif bahwa “every profession is equally important”.
Kita dapat
bercermin pada Jepang, tatkala Hiroshima dan Nagasaki di bom, Kaisar Hirohito
mengumpulkan para jenderal yang tersisa dan menanyakan “Berapa jumlah guru yang
masih tersisa?. Kita telah jatuh, karena kita tidak belajar. Kumpulkan para
guru yang masih tersisa di seluruh pelosok negeri ini, karena sekarang kepada
mereka kita akan bertumpu, bukan kepada kekuatan tentara”. Begitu pentingnya
peran guru dimata Kaisar Hirohito saat itu, dan kita bisa lihat bagaimana
kemajuan Jepang saat ini, bahkan telah menjadi role-model bagi negara-negara
yang sedang melakukan studi tentang Human Security.
Di zaman post
atomic era saat ini,
ketika para anak muda memiliki hasrat dan bercita-cita sebagai seorang
entrepreneur, advokat, dokter, politikus, engineer, atau bahkan seorang
presiden, maka perlu beberapa diantara mereka juga memikirkan bahwa alangkah
baiknya menjadi seorang guru/dosen/tutor/fasilitator, tidak sampai disitu saja,
tetapi bagaimana memaksimalkan profesi tersebut, yakni bukan hanya menjadi
guru/dosen/tutor/fasilitator yang cukup mentransfer ilmu pengetahuan
(mengajar), melainkan juga menjadi pendidik dan tauladan bagi anak didik dan
para alumninya. Sepemahaman saya “ilmu pengetahuan menjadi salah satu jembatan
untuk mempertemukan manusia dengan penciptanya”, oleh karenanya
guru/dosen/tutor/fasilitator adalah orang-orang yang dipilih oleh Tuhan sebagai
penjaga jembatan tersebut agar tidak putus.
So, prepare yourself to be a good teacher.
Young Teachers: the Future of the Profession.
Happy World Teachers' Day
October 5, 2019
***